Makalah Agama
Tentang Etika Moral Dan Akhlak.
Kata Pengantar
Alhamdulillah,kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
tema “Etika, Moral dan Akhlak”.
Makalah ini berisi
tentang tata cara penerapan etika dan moral pada umumnya dan akhlak pada
khususnya.Dengan bahasa yang singkat,padat,&mudah dimengerti didasarkan
pada dalil-dalil yang relevan.Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan
sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan
makalah.Pembahasan yang menjelaskan pengertian dan penerapan etika, moral dan
akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. ETIKA
2. MORAL
3. AKHLAK
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejarah
Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang
dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan
peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan
untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya
kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola
tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap
perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan
adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran
akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia
hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek
menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan
sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
B. Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
1. ETIKA
A.
Pengertian
Etika adalah
suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya
atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam.
Dari segi etimologi (ilmu asal usul
kata), etika berasal dari bahasa yunani, ”ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat
disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.
B. Etika
Dibagi Atas Dua Macam
1. Etika deskriptif
Etika yang
berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2. Etika
Normatif
Etika yang
memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus
bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam
keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika dan
etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan
yang harus dilakukan. Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan
boleh atau tidak. Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika
tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri
bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa
itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket
memandang manusia dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia
secara utuh.
Dengan
ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola
tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
C. Etika
Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan
etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku
manusia
2. Menjadi
alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika
dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4. Etika
dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.
5. Etika
menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa
di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
D. Etika
Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1. Etika
bergaul dengan orang lain
a) Hormati
perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah
kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka,
masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka
manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka
sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d) Berbaik
sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e)
Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya, dan
tahanlah rasa benci terhadap mereka.
2. Etika
bertamu
a) Untuk
orang yang mengundang:
- Jangan
hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang
fakir.
- Jangan
anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.
- Jangan
kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan
dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
- Hendaklah
segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya.
-
Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan
tamu yang baik dan penuh perhatian.
b) Bagi
tamu:
- Hendaknya
tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang kaya,
karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk)
terhadap perasaannya.
- Jangan tidak
hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.
- Bertamu
tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk
tinggal lebih dari itu.
- Hendaknya
pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi pada
tuan rumah.
3. Etika di
jalan
a) Berjalan
dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau
mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena
takabbur.
b)
Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
c)
Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya
seseorang bisa masuk surga.
d) Menjawab
salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
4. Etika
makan dan minum
a) Berupaya untuk
mencari makanan yang halal.
b) Hendaknya
mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah
makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
c) Hendaklah
kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali
mencelanya.
d) Hendaknya
jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.
e) Hendaklah
makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah,
agar kamu mendapat pahala dari makan dan minummu itu.
f) Hendaknya
memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan
Alhamdulillah.
g) Tidak
berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.
5. Etika
berbicara
a) Hendaknya
pembicaraan selalu di dalam kebaikan..
b)
Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak
yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah
istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan)
sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa
saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan
dinilai hasan oleh Al-Albani).
c)
Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di
dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya
manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak
adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang
yang mutafaihiqun". Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulllah, apa arti
mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR.
At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
d) Tenang
dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
e)
Menghindari perkataan jorok (keji).
f) Jangan
membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
g) Jangan
memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain
untuk berbicara.
h)
Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan
tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena
hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.
6. Etika
bertetangga
a)
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
b) Bangunan
yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup
dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya,
apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
c) Jangan
kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita
ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah)
dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
d) Hendaknya
kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.
e) Hendaknya
kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia
bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan
kealpaan mereka.
f) Hendaknya
kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
8. Etika
menjenguk orang sakit
a) Untuk
orang yang berkunjung (menjenguk):
- Hendaknya
tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung,
dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan
membahagiakannya.
- Mendo`akan
semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan.
-
Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT.
b) Untuk
orang yang sakit:
- Hendaknya
segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.
- Berbaik
sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah makhluk
yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem-butuhkan
ketaatannya.
- Hendaknya
cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan
segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemi-liknya, dan
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.
9.
Etika Berbeda Pendapat
a) Ikhlas dan mencari yang hak serta
melepaskan diri dari nafsu di saat
berbeda pendapat.
b) Juga menghindari sikap show
(ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
c) Mengembalikan perkara yang
diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah.
d) Sebisa mungkin berusaha untuk
tidak memperuncing perselisihan, yaitu denga cara menafsirkan pendapat yang
keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.
e) Berusaha sebisa mungkin untuk tidak
mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan
difikirkan secara matang.
f) Sedapat mungkin menghindari
permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.
g) Berpegang teguh dengan etika
berdialog dan menghindari perdebatan, bantah membantah dan kasar menghadapi
lawan.
10. Etika
Berkomunikasi Lewat Telepon
a) Hendaknya penelpon memulai pembicaraannya dengan ucapan
Assalamu’alaikum, karena dia adalah orang yang datang, maka dari itu ia harus memulai pembicaraannya dengan salam
dan juga menutupnya dengan salam.
b) Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena
manusia mempunyai kesibukan dan keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu
tidur dan istirahat, waktu makan dan bekerja.
c) Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang
yang sedang dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan penting atau mempunyai
janji dengan orang lain.
d) Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan
dan tidak melantur berbicara dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi
memperpanjang pembicaraan, memperindah suara, memperlembut dan lain sebagainya.
2. MORAL
A.
Pengertian
Adapun arti
moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata
mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan
bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya
moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan
kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah.
Jika
pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik
atau buruk.
Namun
demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik
atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral
tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran
filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan
demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
B. Perbedaan
Antara Etika dan Moral
Etika dan
moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran
moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan
qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan
wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran
moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada
setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang
sejenis.
3. Kesadaran
moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada
uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu
kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai
yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai
tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan
kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri
seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian
akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau
paksaan dari luar.
3. AKHLAK
A.
Pengertian
Ada
dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik
(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari
bahasa arab yakni khuluqun yang diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat.
Tiga pakar
di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat
yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia
bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya
sehari-hari.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang
tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga
akan membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk
senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan,
senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan
masyarakat seluruhnya. Nabi S.A.W.bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin
yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik
akhlaknya."(H.R.Ahmad).
Nabi S.A.W.bersabda yang
maksudnya:"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budipekerti
yang mulia."(H.R.Ahmad).
Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim,
yang artinya: ”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti
yang agung” (Al Qalam:4).
Ciri-Ciri
Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam
kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul
dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4) Dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan
dengan ikhlas.
B.
Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak
kepada Allah
a) Beribadah
kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap
perintah Allah.
b) Berzikir
kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan
dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
c) Berdo’a
kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena
ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal
kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk
kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau
hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak
kepada diri sendiri
a) Sabar,
yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b) Syukur,
yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c) Tawaduk,
yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan
dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan
orang lain.
3. Akhlak
kepada keluarga
Akhlak
terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah
berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada
ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a)
Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara
bertutur kata sopan dan lemah lembut
b) Mentaati
perintah
c)
Meringankan beban, serta
d)
Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
4. Akhlak
kepada sesama manusia
a) Akhlak terpuji
(Mahmudah)
1) Husnuzan
Berasal dari
lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti
prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka
buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud
husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
- Meyakini
dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
Hukum
husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada
sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu
kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya
sendiri maupun orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk
berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri
dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24)
Ayat di atas
menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.
3) Tasamu
Artinya
sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.
Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S.Alkafirun/109: 6)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama
yang diyakini.
4) Ta’awun
Ta’awun
berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengansesama manusia.
Allah berfirman, ”...dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”(Q.S.
Al Maidah/5:2)
b) Akhlak
tercela (Mazmumah)
1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri
berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung. Allah
berfirman, ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan
Allah kepada sebagian kamu atassebagian yang lain.(Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari
mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya...” (Q.S. AnNisa/4:32)
2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang
terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. Allah berfirman, ”Dan jika kamu
membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang
terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)
3) Gibah dan Fitnah
Membicarakan
kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila
kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah.
Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti
pembicaraan itu disebut fitnah. Allah berfirman, ”...dan janganlah ada diantara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik...” (Q.S. Al
Hujurat/49:12).
Adu domba
atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum
tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara
keduanya. Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang
fasik datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6).
D. PERBEDAAN ETIKA,MORAL DAN AKHLAK
Perbedaan
antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau
standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan
adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika
masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai
perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.
Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya : “ Aku
hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).
Secara
umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi
dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila
aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau
dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam
telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Etika
menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik
dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan
batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar,
salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak
adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Ketiga hal
tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting
dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling
baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu
seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari
dan Muslim).
B. Saran
Dan
diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran
islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad
S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
10 comments:
Terimakasih banyak
Terimakasih,, mantap gan, sekedar menambahkan saja, semoga rekomendasi ini bisa memberikan manfaat,
pranala ->
MENGENAL KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM
MENGENAL ETIKA PROGRAMMER
MENGENAL ETIKA DUNIA MAYA
KONSEP ETIKA MORAL DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEMESTER 3
terimakasih,
terimakasih agan, izin copy buat Tugas mendadak 1 malam :D
Ok Gan Dipersilahkan.
"jangan lupa cantumkan sumbernya"
Tulisannya bagus... terus optimalkan ya... berikut blog paling lengkap dan inspiratif yang menerangkan akhlak mulia... http://goldenmanners.blogspot.co.id/
trimakasih infonya...
izin copas ya min buat tugas... sukses selalu...
terimakasih banyak atas ilmu nya, sangat bermanfaat, izin copast untuk tambah2 materi kuliah
Ok Gan Dipersilahkan.
"jangan lupa cantumkan sumbernya"
Post a Comment